BatasMedia99.com,- PONOROGO. Peristiwa mengharukan sekaligus memprihatinkan terjadi di Desa Wates, Kecamatan Slahung, Ponorogo. Video yang memperlihatkan sekelompok warga menyeberangi sungai sambil menggotong keranda jenazah viral di media sosial.
Bukan karena pilihan, namun karena keterpaksaan akibat tidak diizinkannya jalan menuju pemakaman melintasi tanah milik salah satu keluarga warga.
Mereka yang berniat mengantarkan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir harus menghadapi aliran sungai selebar 20 meter. Warga mengangkat keranda perlahan, melangkah hati-hati di antara bebatuan, demi menghormati almarhum.
Berikut deretan fakta menyedihkan yang mengiringi kejadian ini:
1. Warga Terpaksa Seberangi Sungai Demi Makamkan Jenazah
Jalan menuju pemakaman sebenarnya sudah tersedia, namun aksesnya melewati tanah milik pribadi. Karena tidak diizinkan, warga pun memilih menggotong keranda menyeberangi sungai.
"Sudah berulang kali kejadian seperti itu. Akhirnya ya warga memilih lewat sungai," tutur Tri Utami, warga Desa Wates.
2. Satu Keluarga Larang Tanahnya Dilewati Jenazah
Alasan pelarangan berasal dari keyakinan adat. Meski sudah dilakukan pendekatan dan mediasi, keluarga tersebut tetap bersikukuh menolak tanahnya dilintasi jenazah.
"Alasannya karena secara kepercayaan Jawa, kalau tanah dilalui jenazah, katanya tidak bagus. Posisi kemanusiaan sudah kami beri pemahaman. Tapi mereka tetap tidak mengizinkan," jelas Siswanto, Kepala Desa Tugurejo.
3. Warga Wates Tak Punya Lahan Pemakaman Sendiri
Warga Desa Wates sudah puluhan tahun memakamkan warganya ke Desa Tugurejo karena tidak memiliki lahan pemakaman sendiri. Selama itu pula, warga mengandalkan jembatan swadaya yang dibangun bersama dua desa.
"Sudah puluhan tahun warga Desa Wates yang tidak memiliki lahan pemakaman harus memakamkan warganya ke Desa Tugurejo," ungkap Siswanto.
4. Pernah Terjadi Insiden Jenazah Terjatuh di Sungai
Kejadian memilukan bukan hanya kali ini saja. Sebelumnya, pernah terjadi jenazah yang hanyut saat proses penyeberangan sungai, meninggalkan trauma mendalam bagi warga.
"Pernah dulu jenazah sempat jatuh dan hanyut saat diseberangkan. Itu jadi trauma," kenang Siswanto.
5. Mediasi Sudah Dilakukan Tapi Gagal
Pemdes Tugurejo dan Wates sudah beberapa kali mencoba menyelesaikan persoalan ini secara kekeluargaan melalui mediasi. Namun hasilnya tetap buntu, tak ada kesepakatan yang bisa dicapai.
6. Pemerintah Desa Siapkan Jalan Alternatif
Sebagai solusi konkret, Pemdes Tugurejo akan membangun jalan baru khusus prosesi jenazah yang tidak lagi melintasi tanah milik pribadi. Proyek akan dimulai dengan pembangunan talud pada April ini, didanai oleh Dana Desa.
"Insyaallah bulan ini kami bangun dulu talud untuk akses jalan jenazah. Kalau jalan jadi, jembatan lama akan kami bongkar dan kami ganti dengan jembatan baru yang aksesnya tidak melewati tanah keluarga itu," tegas Siswanto.
Pewarta : Red