Batasmedia99 – Aksi penganiayaan guru ke muridnya sendiri belakangan menjadi sorotan.Mulai guru lempar kayu berpaku ke santrinya, guru hukum murid squat jump 100 kali hingga guru cubit murid.
Kini viral di media sosial guru protes ke orangtua murid yang anaknya tidak mau ditegur.
Aksi guru ini menjadi perbincangan warganet.
Ini bermula dari munculnya foto seorang guru membentangkan banner berisikan ‘Tak Mau Ditegur Guru di Sekolah, Didik Sendiri’.
Satu di antara akun yang memposting ulang foto tersebut adalah akun Twitter @AraituLaki.
Aksi protes tersebut imbas dari beberapa kasus yang disinyalir penganiayaan guru pada murid.
Protes guru ini disampaikan dengan membentangkan sebuah spanduk yang bertuliskan imbauan kepada orang tua murid.
“Orang tua yang anaknya tidak mau ditegur gurunya di sekolah, silahkan didik sendiri, bikin sekolah, rapor dan ijazah sendiri,” tulisnya
Akun twitter @AraituLaki juga memberikan dukungan pada sosok guru tersebut.
SEPAKAT !!!, Bwat para Wali Murid yang ‘kemenyek’, yang dikit-dikit labrak ke sekolah gara-gara anak nya dijewer ama Guru, mending klean sekolahin bocah ke Gugel aja!!” tulisnya lagi.
Sontak momen aksi protes guru tersebut langsung dibanjiri dukungan oleh warganet.
“Jaman dulu malah kita di lempar penghapus, di pukul garisan kayu, dilempar kapur kalau pada berisik pas guru lg jelasin, hmmhh, jaman skrg anak dikit dikit di belain malah jd ngelunjak, guru jadi ga ada harga dirinya,” tulis akun @Fella.
“Setuju sih tapi balik lagi gimana cara guru menegur, kalau masih wajar ya gapapa demi kebaikan si anak juga, asal bukan main fisik dan kekerasan,” balas akun @alisa.
“Ga masalah sih kalo ditegurnya dengan cara yang baik, yang ga dibenarkan itu kalo pake kekerasan baik fisik maupun verbal,” akun @Si Bungsu menambahkan.
“Setuju bgt, apa lagi kelakuan anak2 skrng udah bnyak yg melebihi batas,” timpal akun @Tania.
Namun hingga kini, belum diketahui pasti lokasi kejadian aksi guru protes tersebut.
Sementara itu, kasus santri tewas usai dilempar kayu berpaku oleh gurunya membuat publik pilu.
Terlebih untuk keluarga korban yang bernama M Keisa Anwar Alfairus (13).
Santri sebuah pondok pesantren (ponpes) di Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur itu sempat mengalami koma sebelum meninggal dunia.
Suparti sang nenek, kala itu tak henti berdoa saat menemani cucunya.
Diketahui, Anwar dibawa ke rumah sakit karena mengalami luka di kepala akibat dilempar kayu berpaku, Minggu (15/9/2024).
Pelaku diduga adalah guru di ponpes tersebut.
Suparti mengatakan, korban sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Srengat, Kabupaten Blitar.
Korban kemudian dirujuk ke RSUD Kabupaten Kediri.
Menurut Suparti, korban koma usai mengalami kejadian tersebut.
Saya cuma mendoakan cucu saya dapat pertolongan, ternyata ya enggak ada (meninggal), ya saya pasrah lah,” ujarnya,
Berdasarkan informasi yang ia peroleh, cucunya langsung pingsan usai kayu yang mengenai kepalanya berhasil dilepaskan.
“Sesudah itu sama ustaz diantar ke rumah sakit,” ucapnya.
Sekitar pukul 07.00 WIB, Suparti mendapat kabar cucunya masuk ke instalasi gawat darurat (IGD).
“Saya langsung ke sana itu sudah koma. Memang ya segitu dalamnya (luka),” ungkapnya.
Paman korban, Iqwal Rikky Susanto (29), menuturkan, pada Minggu (15/9/2024) sekitar pukul 13.00 WIB, Anwar dirujuk ke RSUD Kabupaten Kediri agar bisa mendapat tindakan medis dengan alat yang lebih memadai.
Ditemani kakek dan nenek, Anwar tiba di RSUD Kabupaten Kediri sekitar pukul 15.00 WIB.
Setelah diperiksa, dia kemudian di ke ruang intensive care unit (ICU).
Rikky menjelaskan, pihak rumah sakit menyampaikan bakal melakukan operasi bedah bila kondisi korban stabil.
Akan tetapi, kondisi Anwar tak kunjung membaik dan stabil.
“Hari Selasa (17/9/2024) pagi sekitar pukul 08.30 WIB, Anwar dinyatakan meninggal. Jadi belum sempat dioperasi,” tuturnya, Jumat (27/9/2024).
Ia menerangkan, selama ini, Anwar tinggal bersama kakek dan neneknya di Desa Dadaplangu, Kecamatan Ponggok, karena orangtuanya bercerai.
Ibu Anwar, yang merupakan kakak kandung Rikky, sedang bekerja di Taiwan sebagai buruh migran.
Ketika ditanya apakah keluarga akan membawa kasus ini ke polisi, Rikky mengaku telah ada penyelesaian secara kekeluargaan.
Namun, ia tak menjelaskan secara rinci soal “penyelesaian secara kekeluargaan” itu.
Sementara itu, Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Blitar juga sudah turun tangan terkait kasus meninggalnya Anwar.
Plt Kasi Pendidikan Madrasah (Penma) Kantor Kemenag Kabupaten Blitar, M Syaikhul Munib mengatakan sudah berkomunikasi dengan pengurus pondok terkait kasus itu.
“Memang kejadiannya di waktu pagi hari menjelang kegiatan sambangan (orang tua di pondok). Ini kejadian tidak di madrasah tapi di lokasi pondok,” kata Munib, panggilan M Syaikul Munib, Jumat (27/9/2024).
Menurutnya, berdasarkan penjelasan pengurus, waktu itu, para santri sedang antre untuk segera melaksanakan salat dhuha di pagi hari.
“Biasa, waktu itu, anak-anak ada yang sedang bermain. Lalu, ada salah satu pengasuh yang mungkin sudah mengingatkan (para santri) berkali-kali dan mungkin tidak diindahkan, lalu melempar potongan kayu. Tidak menduga (potongan kayu) mengenai seorang santri,” ujarnya.
“Sebetulnya, sudah ada tindakan cepat (dari pengasuh), santri itu dibawa ke rumah sakit. Namun kondisinya mungkin sudah kritis, dua hari sempat dirawat di rumah sakit dan meninggal dunia,” katanya.
“Yang jelas (kejadian) ini sebuah musibah, tidak ada unsur kesengajaan dan ini sudah kami komunikasikan dengan pihak lembaga dan pihak lembaga kooperatif siap untuk melakukan perbaikan sistem di internal mereka,” lanjutnya.
Kantor Kemenag Kabupaten Blitar, kata Munib, merasa prihatin dan ikut berbelasungkawa kepada korban.
Selain itu, Kemenag juga menegaskan kekerasan dalam lembaga pendidikan, apapun bentuknya tidak selayaknya dilakukan.
“Kami berharap kejadian ini yang terakhir, jangan sampai terulang lagi, baik di lembaga yang sama maupun di lembaga lain. Kemenag berkomitmen untuk mendukung lembaga pendidikan yang ramah terhadap anak,” katanya.
Red